Ludwig van Beethoven (1770 – 26 Maret 1827)

Ludwig van Beethoven
Beethoven merupakan mestro musik
di jamannya, komponis jenius yang mampu menggubah musik instrumental
menjadi musik yang kemudian tidak lagi
di nomorduakan. Perubahan-perubahan yang dilakukan Beethoven terhadap musik instrumental, memang memiliki pengaruh yang abadi hingga saat ini. Dia telah memperluas “ukuran” sebuah orkestra. Dia menambah panjangnya simfoni dan memperluas daya jangkaunya, dengan mendemonstrasikan kemungkinan yang hampir tak terbatas yang dihasilkan piano.
di nomorduakan. Perubahan-perubahan yang dilakukan Beethoven terhadap musik instrumental, memang memiliki pengaruh yang abadi hingga saat ini. Dia telah memperluas “ukuran” sebuah orkestra. Dia menambah panjangnya simfoni dan memperluas daya jangkaunya, dengan mendemonstrasikan kemungkinan yang hampir tak terbatas yang dihasilkan piano.
Bethoven menjadi pencipta musik
yang produktif. Dia telah membuka babak transisi dari musik klasik ke
musik bergaya romantik. Karya-karyanya sampai saat ini bahkan menjadi
kiblat dan sumber inspirasi untuk gaya romantik. Keindahan
dan kedalaman rasa dalam setiap musik Bethoven yang tinggi, mengesankan
setiap pendengarnya. Karya-karyanya pun mendapat sambutan baik dari
masyarakat. Sejak umur duapuluhan Bethoven juga sudah mampu menerbitkan
dan menjual buku-buku musik ciptaan dia tanpa kesulitan apapun.
Namun, siapa sangka di tengah keberhasilan yang dicapai Bethoven dalam umurnya yang relatif masih muda, dia juga
mendapat suatu kemalangan yang begitu berat. Beethoven mengalami gejala
ketulian di ujung umurnya ke duapuluh. Bagi seorang komponis, ketulian
adalah malapetaka hebat, bahkan bisa dibilang akhir dari segalanya.
Hanya bunuh diri jalan satu-satunya untuk menyudahi penderitaan itu.
Pada awal gejala ketuliannya,
Beethoven perlahan menarik diri dari pergaulan masyarakat. Menjauhi
teman-teman dan keluarganya. Dia mengalami depresi yang hebat. Penyakit
pendengarannya yang didiagnosis sebagai akibat dari otosleorosis,
membuatnya minder. Hatinya semakin nelangsa, ketika Beethoven menadapati
kenyataan bahwa dirinya tidak memiliki pasangan untuk teman hidup.
Meskipun sebenarnya banyak wanita bangsawan yang dicintainya, namun
rata-rata cintanya bertepuk sebelah tangan.
Masa Kecil Bethoven
Beethoven lahir di kota Bonn, Jerman pada tahun 1770 yang kemudian dibaptis pada 17 Desember 1770. Ayahnya, Johann van Beethoven bekerja sebagai penyanyi tenor untuk pangeran Bonn. Sedangkan ibunya bernama Maria Magdalena Keverich.
Disiplin ketat yang dijalani
Beethoven untuk berlatih piano dengan ayahnya selama berjam-jam, menuai
hasil positif. Beethoven mengadakan konser pertamanya pada tahun 26
Maret 1778, di usia yang relatif masih kecil. Meskipun mendapat sambutan
yang luar biasa, Ayah Beethoven masih tidak puas dengan pencapaian
anaknya. Dia merasa pencapaian Mozart, ketika seumuran Beethoven lebih
baik.
Beethoven kemudian di titipkan
pada seorang guru komposisi yang bernama Christian Gottlob Neefe. Neefe
merupakan guru pertama Beethoven selain ayahnya sendiri. Dalam
pendidikannya, Neefe mengajari Beethoven memainkan komposisi-komposisi
milik Bach dan cara berimprovisasi. Kemajuan yang ditunjukkan Beethoven
sungguh mencenggangkan Neefe.
Pada tahun 1787, Beethoven pergi
ke Wina atas perintah Pangeran Bonn. Di sana dia bertemu dengan Mozart
dan memainkan piano di depannya. Mozart begitu kagum dengan Beethoven
lalu mengatakan kalau Beethoven bisa menjadi musikus besar di masa depan
nanti. Namun, keberadaan Beethoven di Wina hanya sebentar, dia
dipanggil untuk pulang ke Boon karena ibunya sakit parah akibat TBC.
Tapi, tak berapa lama setelah kepulangan Beethoven, ibunya meninggal
pada 17 Juli 1787.
Lepas dari Keterpurukan
Pada tahun 1811, Beethoven
semakin jatuh dalam berbagai keterpurukan. Selain dalam kondisi tuli,
Beethoven juga merasa frustasi karena belum berhasil mendapat jodoh.
Pernah dia mencoba melamar Countess Therese Malfatti, anak seorang
bangawan. Namun, lamaran ini ditolak oleh Therese. Beethoven juga
dihadapkan dalam kondisi krisis keuangan, karena terjadi penurunan mata
uang kertas di Wina. Harga uang menjadi seperlima dari mata uang
terbaru. Saat itu, Beethoven juga tengah bermasalah dengan adiknya,
Johann
Di usianya yang ke empat puluh,
Beethoven menjadi seratus persen pekak. Akibatnya dia tak pernah lagi
tampil di muka umum dan semakin asosial. Hasil karyanya juga semakin
sedikit, dan semakin sulit di pahami. Semenjak itu, dia jarang mencipta
yang bernilai profit, melainkan Beethoven hanya mencipta untuk dirinya
sendiri dan beberpa orang yang memiliki idealisme tentang musik.
Ini merupakan fakta yang kejam
dari sebuah nasib seorang komponis besar dan berbakat sepanjang sejarah,
dimana dia harus tertimpa ketulian dan nasib buruk yang tak hendak
pergi menjauhi kehidupannya. Beethoven memiliki tekad yang kuat, untuk
selalu mencipta dan berproses dalam dunia musik, ini merupakan hal yang
memukau dalam diri Beethoven. Satu hal yang mengherankan ketika
menemukan kenyataan dalam diri Beethoven, bahwa dalam ketulian totalnya,
Beethoven melakukan ciptaan yang tidak sekadar setarap dengan apa yang
dihasilkan ketika masih belum tuli, melainkan dia menghasilkan
karya-karya fenomena yang memiliki kualitas brilian.
Beethoven meninggal di Wina pada tahun 1827 pada usinya yang ke lima puluh tujuh tahun. Dalam hidupnya bethoven
telah merampungkan karya-karyanya meliputi 9 simfoni, 32 Sonata, 5
piano concerto, 10 sonata untuk pinao dan biola, serangkaian kuartet
gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater dan banyak lagi.
Hampir keseluruhan karya-karya merupakan kombinasi luar biasa dari
kedalaman perasaan dengan kesempurnaan aransemen. Komposisi yang
dibuktikan Beethoven melalui musiknya, ternyata mampu mengangkat musik
instrumental ke tingkat nilai seni yang tinggi.
Lima Karya Bethoven yang Abadi
- Simfoni No. 2 dalam D-Mayor, op. 36
- Simfoni No. 3 dalam Es-Mayor, op. 55
- Simfoni No. 5 dalam C-Minor, op.67
- Simfoni No. 6 dalam F-Mayor, op. 68
- Simfoni No. 9 dalam D-Minor, op. 125
Pelajaran yang Bisa Diambil dari Beethoven
Musik bukanlah sesuatu yang mudah untuk
dipelajari maupun dibuat, apalagi dengan kondisi ketulian. Musik
memiliki kedekatan dengan pendengaran manusia, karena dengan mendengar
sebuah musik, kita bisa tahu pesan yang ingin disampaikan sang
kreatornya. Dari kisah hidup Beethoven dapat diambil pelajaran yang
begitu berharga, Beethoven memiliki tekad yang kuat. Dia masih terus
berkarya meski mengalami ketulian. Bahkan, dalam ketuliannya itu
kualitas dan prestasi karya-karyanya semakin menanjak. Pada akhirnya,
Beethoven sadar, tidak ada alasan apapun untuk terus berkarya. Beethoven
tidak pernah lagi fokus pada ketuliannya, melainkan selalu fokus pada
karya-karyanya, sehingga dia tidak kehilangan momentum dan kesempatan
dalam hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar